Editorial
Sebuah Awal
Sebuah Awal
BANYAK hal terjadi di bulan Juli. Di tingkat internal, Sekar Bumi berbenah dalam Kongres I yang digelar awal bulan ini. Bukan hanya pengurus yang berganti, tapi juga penambahan bidang atau divisi. Meskipun tetap fokus pada pemberdayaan seni dan budaya sebagai media “perlawanan” buruh migran, Sekar Bumi juga mulai mempertimbangan soal advokasi. Hal ini terjadi karena dalam kenyataannya, masih banyak buruh migran yang tak paham akan hak-haknya dan tak tahu harus berbuat apa ketika hak-hak mereka dilanggar. Padahal ini pengetahuan dasar dan sangat prinsip bagi buruh migran.
Sementara di tingkat eksternal atau komunitas buruh migran Indonesia di Hong Kong, ada empat putusan penting yang dibuat. Pertama, kenaikan upah minimum standar sebesar HK$100. Kedua, diloloskannya Undang-Undang Anti Diskriminasi Rasial oleh parlemen Hong Kong. Ketiga, dihapusnya levy atau pajak untuk majikan yang mempekerjakan pekerja rumah tangga asing. Dan terakhir atau keempat, adalah diturunkannya biaya penempatan BMI di Hong Kong dari HK$21.000 menjadi sekitar HK$14.000 (belum termasuk pajak).
Empat keputusan tersebut memang masih jauh dari harapan dan tuntutan perjuangan yang selama ini dilakukan oleh BMI di Hong Kong. Dalam hal standar upah minimum, gaji HK$3580 jelas tak bisa disebut “naik” mengingat kita pernah menerima gaji sebesar HK$3860. Belum lagi mengingat tingginya inflasi yang membuat harga semua kebutuhan naik.
Sedangkan soal UU Anti Diskriminasi Rasial bisa dikatakan nyaris tak ada gunanya bagi buruh migran karena aturan two-week rule yang sangat diskriminatif malah sama sekali tak dibahas.
Sementara soal penghapusan levy juga tak akan berdampak jika upah buruh migran tak diperbaiki dan dana dari levy yang terkumpul sebelumnya tak dipakai untuk buruh migran.
Dan soal penurunan biaya penempatan juga masih jauh dari harapan karena yang selama ini kita persoalkan adalah sebuah “pengutipan”sistematis dimana tak pernah jelas biaya sebesar itu dimanfaatkan untuk apa saja.
Tapi meskipun demikian, semua hal yang terjadi di bulan Juli ini, bisa menjadi sebuah awal bagi Sekar Bumi, dan komunitas serta organisasi buruh migran lainnya, untuk semakin serius dan fokus dalam memperjuangkan realisasi kesejahteraan para buruh migran. (E-1) ***




0 comments:
Post a Comment