Tuesday, 30 September 2008

Editorial JangkaR

Selamat Idul Fitri

SUATU ketika di bulan suci Ramadhan, perempuan-perempuan bersuami yang sedang tinggal di penampungan calon buruh migran (seorang BMI pernah menyebut tempat ini sebagai “penjara mahal”), setelah meninggalkan sejumlah uang sebagai jaminan, wajib menelan pil anti hamil yang diberikan oleh pihak Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di mana mereka masing-masing sedang ditampung, untuk bisa merayakan Idul Fitri bersama anak dan suami mereka.
Perempuan-perempuan komoditas PJTKI ini dilarang hamil, dilarang “unfit'” .


Mengandung, sebuah kodrat anugrah Allah SWT, bagi para penyalur tenaga kerja dimasukkan dalam kategori “tidak sehat”. Perempuan-perempuan ciptaaan Allah yang Maha Besar ini sedang dibanting martabatnya di bulan suci. Namun pemerintah tidak pernah berbuat apa-apa karenanya.

Di bulan suci ini pula, beberapa hari lalu, 21 perempuan meninggal dunia karena terinjak-injak saat berebut zakat. Nilai zakat itu, bila dibandingkan dengan harga sepotong roti isi daging di warung siap saji di Hong Kong, bahkan tidak cukup, hanya Rp 20.000 saja. Membaca beritanya di koran, sebagai perempuan yang berumah di negeri yang sama, kita sekali lagi disentak dan mengelus dada.

Ada kejut, ada getir, ada rasa perih, ada sakit. Ada sekilas seperti kita sedang melihat, kita, perempuan buruh migran Indonesia, bisa saja menjadi salah satu yang terinjak-injak itu. Bulan ini, seperti beberapa tahun yang lalu, ada banyak soal tentang kita yang harus kita sendiri yang membuatnya lebih baik.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H, mohon maaf lahir dan batin.

0 comments: