BMI Belum Merdeka
Kemerdekaan RI sudah 63 tahun lamanya, jika ia seorang manusia tentu usia yang panjang ini telah kenyang memakan asin getir kehidupan, juga manis dan kebahagiaan. Selayaknya, usia sepanjang ini juga merupakan usia yang matang dalam proses memperbaiki kualitas manusia Indonesia. Malangnya, kita (baca Buruh Migran Indonesia), malah hanya kenyang dengan perasaan terjajah.
Setelah beberapa hari lalu nasib kita diguncang oleh aturan pemerintah Hong Kong dengan menaikan upah standar kita hanya HK$ 100 per bulan, lalu ditangguhkannya pemungutan levy pada majikan yang karena desakan dari buruh migran terpaksa dimajukan masa berlakunya dari bulan 1 September menjadi 1 Agustus, lalu turunnya biaya penempatan BMI yang didasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Depnakertrans RI no. KEP. 186/PPTK/VII/2008 tertanggal 10 Juli 2008 yang (mengutip dari pemberitaan di SUARA bulan Agustus) masih belum diterapkan pada BMI, ada sebuah perasaan yang tertinggal "Nasib kita sebenarnya hanya ditentukan oleh kertas keputusan".
Seperti melengkapi ketidakberuntungan kita itu, aksi gabungan solidaritas yang sempat ramai di gelar oleh berbagai organisasi BMI di depan Konsulat Jenderal RI (KJRI) seminggu sebelum HUT RI (10/8) itu, juga nampaknya membentur pada gedungnya saja. Pemerintah tetap bersikeras untuk tidak mempermudah mengurus kontrak mandiri, meskipun delam situasi sulit karena berubahnya aturan levy yang dilakukan oleh pemerintah Hong Kong.
Faktanya, meskipun KJRI telah mengatakan pada agency BMI untuk tidak memungut biaya apa pun dari BMI, tetapi pada praktiknya, sebagai BMI kita tentu paham, majikan bisa saja mengancam untuk tidak memperkerjakan kita dengan alasan ia harus membayar biaya agen yang besar. Ujung-ujungnya, kita juga yang terpaksa bernegosiasi dengan majikan dan bersedia membayar biaya-biaya itu hanya agar kita tidak jadi salah satu dari sekian juta WNI tak berpekerjaan. Di atas kertas, uang yang kita bayarkan itu kemudian dinamai uang majikan…
Di usia RI ke-63, dengan sedih kita mesti menyaksikan bahwa BMI masih jauh dari merdeka. Masih jauh jalan yang mesti ditempuh untuk membuat BMI dihargai sebagai manusia dan bukan sekadar komoditas barang dagangan. ***




0 comments:
Post a Comment